KAMAR 01: PERKENALKAN, AKU SANG PAHLAWAN
Selamat pagi! Atau
barangkali selamat malam? Kapan pun itu, kuucapkan terima kasih atas kerja
kerasmu hari ini.
Aku adalah sang
Pahlawan. Dan namaku telah masuk ke dalam daftar.
Seperti lelaki muda
pada umumnya, saat ini aku telah diterima di Universitas Pelatihan Pahlawan.
Tersebab itulah, dengan penuh rasa bangga, aku pun akhirnya pindah dari kampung
halaman ke sebuah apartemen di dekat kampus. Mengetahui lingkungan baruku tersebut,
aku merasa begitu bersemangat.
Apartemen yang
hendak kutempati saat ini benar-benar tidak terlihat buruk. Bahkan bangunan dua
lantai tersebut terlihat sangat layak huni. Nama apartemen tersebut ialah
"Ketinggian Yang Amat Damai". Nama yang langsung membuatku ingin
menunaikan tugasku nanti dengan baik.
Terdapat enam kamar
di lantai satu apartemen ini sementara enam kamar lainnya berada di lantai dua.
Total keseluruhan kamar ialah 12 ruangan. Kamarku sendiri terletak di ujung
koridor lantai dua, kamar 206.
Apartemen ini
berukuran delapan tatami. Sudah termasuk dengan dapur dan mesin cuci, tanpa ada
kamar mandi dalam. Meski begitu, di setiap kamar terdapat kompor serta
pendingin ruangan. Biaya per bulannya 30.000 yen.
Cukup bagus. Walau
letak stasiunnya lumayan jauh dari sini sih.
Kampusku
berpartisipasi dalam eksplorasi sel bawah tanah yang bisa kau ikuti setiap
harinya secara sukarela. Dengan mengikuti eksplorasi, kau akan mendapatkan upah
yang terpisah dari uang beasiswa. Maka, jika aku berperan aktif dalam
eksplorasi tersebut, aku bisa menutupi biaya hidup sehari-hari secara penuh.
Toh, meski aku terlihat kurang meyakinkan, aku merupakan seorang Pahlawan.
Tidak akan sulit bagiku untuk melawan para monster.
Kondisi apartemen
yang kutinggali sebenarnya cukup bagus, tetapi sayang, lokasinya terletak di
kota Makai yang terkenal dengan reputasi buruknya. Demi menghindari masalah,
rupanya banyak orang yang tidak berminat tinggal di sini padahal jaraknya ke
kampus sangat dekat.
Aku berjalan.
Selepas mencari
dengan seksama, aku pun akhirnya mampu menemukan kamar terakhir di tempat itu.
Lantas beres-beres hingga selesai. Barangkali setelah ini aku bakal berkeliling
untuk menyapa para tetangga sekaligus memberikan mereka soba yang kubawa.
Ketika aku mulai
menyapa penghuni-penghuni lain, mereka sepertinya terkejut mengetahui bahwa ada
seorang penghuni baru di apartemen. Meski penampilan mereka tidak terlihat
ramah sama sekali, namun secara tak terduga, mereka semua ternyata orang yang
baik.
Ada berbagai macam
teori mengenai penampilan seseorang, sejauh ini aku belum bertemu dengan
penghuni lain yang bersikap kasar. Semua tetanggaku benar-benar berbudi baik
dan aku senang karenanya.
"Ah, soba! Enak
sekali. Terima kasih!"
"Semoga suka.
Mulai sekarang mohon bantuannya, Onii-san."
"Tidak masalah.
Aku juga mohon bantuannya ya, Pahlawan-san."
Dan pintu itu pun
tertutup kembali. Dia tadi adalah seorang ogre bertaring panjang dengan
senyuman lebar dari kamar 102. Tanduk mencuat dari kening, berwarna merah
gelap, membuat ogre bertubuh besar itu nampak terlihat menakutkan. Sekali lagi,
ia ternyata adalah seorang yang baik hati. Apartemen ini benar-benar di luar
dugaan.
Selesai menyapa si
ogre, aku melanjutkan langkah menuju kamar terakhir dengan sisa soba yang
kubawa. Kamar 101. Papan nama yang ada bertuliskan "Raja Iblis".
Ah, Raja Iblis rupanya, batinku.
Kuketuk pintu itu.
Berseru, "Selamat siang, aku penghuni baru dari kamar 206."
Dari balik pintu
tipis di depan, aku bisa mendengar suara berisik dari dalam sana. Entah
mengapa, ia terdengar seperti tengah terburu-buru. Sepertinya aku datang di
waktu yang tidak tepat ya?
Sesaat kemudian,
suara langkah kaki terdengar, lantas pintu tersebut pun terbuka sedikit dengan
suara klik.
"Ya… A-Ada
apa…!?"
Eh? Kenapa dia
bertingkah seperti seseorang dari drama bersejarah? Merasa heran, aku pun
berusaha untuk menatap sosok di balik celah pintu yang terbuka itu. Mata
berwarna biru jernih yang nampak seperti langit biru itu mengintip dari celah
pintu dengan tatapan seolah ingin membunuhku. Ruangan di belakangnya sungguh
gelap dan suram, serupa kamar seorang pembunuh.
Ah, sepertinya
orang-orang di tempat ini memang semenakutkan itu. Yah, meskipun aku tidak
berpikir demikian untuk 10 orang menakutkan sebelumnya sih.
Sebagai seorang
Pahlawan yang penuh rasa optimis, aku tidak bisa menggunakan selubung auraku
untuk mengintimidasi sama sekali. Seraya tersenyum lebar kepada Sang Raja
Iblis, aku menunjukkan soba yang kubawa untuknya dengan ceria.
"Ini benar
Maou-san penghuni kamar 101, bukan? Halo, aku Pahlawan dari kamar 206. Aku
kemari untuk menyapa karena baru saja pindah. Kalau tidak keberatan, aku
membawakan soba untukmu. Silakan dinikmati."
"A-Ah… Uh…!?
H-Hanya orang bodoh yang memberikanku persembahan semacam ini… Uh… Uh…!"
"Eh?
Maou-san?"
Ketika aku
menunjukkan soba yang kubawa, kedua bola mata Sang Raja Iblis nampak melebar
dengan penuh keterkejutan. Seketika, ia langsung mengambil posisi berjongkok.
Eh? Kenapa mendadak
dia bertingkah seperti itu? Jangan-jangan ucapanku tadi membuatnya sakit hati?
Tidak mungkin!Jangan-jangan dia alergi lagi dengan soba?
Karena terkejut
melihatnya mendadak berjongkok seperti itu, dengan agak merasa bersalah, aku
memutuskan untuk membuka pintunya secara paksa agar dapat melihat keadaan Sang
Raja Iblis di dalam lebih jelas.
Sang Raja Iblis
seketika menutup wajahnya menggunakan kedua tangan sembari berteriak hebat.
"M-Maou-san,
ada apa!? Jangan-jangan… Kau benar-benar alergi soba!?"
"Huwaa… Aa...
Aa… Aku ini Raja Iblis terhebat! Mana mungkin aku makan rumput seperti
itu!?"
"Tapi soba kan
bukan rumput!?"
"Aku
membicarakan soal kau!"
"Aku bukan
soba!"
"Aku tidak mau
mendengarkan ucapan orang tidak berguna sepertimu!"
Kebingungan, aku pun
mencoba untuk membalas hal yang tidak kumengerti dengan ikut berseru. Tetapi
itu hanya membuat pembicaraan ini berlanjut semakin buruk.
Kupastikan bahwa dia
memang tidak memiliki alergi terhadap soba. Sang Raja Iblis yang mendadak
berhasil berdiri kembali, pada akhirnya menerima soba yang kubawa, mengusirku
keluar kamar, kemudian menutup pintunya secara paksa. Tanpa ada niatan untuk
membukanya lagi.
Kenapa dia melakukan
hal semacam ini untuk menghalangiku? Perilakunya tanpa sadar mengingatkanku
dengan fitur blokir di Twitter. Ketika kau mencoba bersikap sopan dan menyapa
seseorang dari berandanya, namun secara mengejutkan, orang tersebut malah memblokirmu.
Sungguh pengalaman yang tak ternilai.
"Aku minta
maaf, Maou-san. Sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat ya? Apa kau
sedang masturbasi? Maafkan aku, maaf."
"Kauuuu…!?
Jangan memberi label aneh pada orang lain seenak jidat! Raja Iblis sepertiku
tidak perlu melakukan hal semacam itu! Para wanita selalu siap melayani dan
menggantikan kedua tanganku ini! Bahkan aku bisa mendapatkan wanita seksi untuk
membantuku!"
"Ah, maaf.
Kalau begitu, jangan-jangan kau sedang bermesraan dengan pacarmu ya? Nona
pacar, aku benar-benar minta maaf ya!"
"Jangan pikir
aku akan percaya pada makhluk kelas rendahan sepertimu! P-Pacarku itu sejak
lahir selalu memerintah seorang diri dan Raja Iblis tidak perlu hal-hal macam
itu!"
"Nona pacar
khayalan!"
"Bukan
khayalan!"
Merasa khawatir, aku
mencoba untuk mengetuk pintu miliknya beberapa kali. Dari dalam ruangan,
teriakan milik Sang Raja Iblis kembali terdengar.
Begitu rupanya.
Pikirku tadi, aku tengah mengganggunya yang sedang masturbasi. Kurasa saat ini
bakal tepat jika aku mengatakan bahwa aku telah mengganggu waktu kencannya
dengan pacar khayalan. Untukmu yang berada di balik layar, aku benar-benar
minta maaf.
Di depan pintu kamar
Sang Raja Iblis yang mudah digoda itu, aku menundukkan kepala dalam-dalam
sebagai bentuk permintaan maaf. Tak lama, dari balik pintu terdengar suara
seperti mencicit, "Aku tidak butuh permintaan maaf itu."
Memangnya terlihat ya?
Lantas, setelah
semua bentakan juga pekik keributan tadi, Sang Raja Iblis kembali berteriak
dari dalam.
"A-Aku akan
memberikan orang bodoh sepertimu kesempatan untuk minta maaf! Minggu depan,
hari Selasa, Rabu, dan Kamis, aku libur kerja sambilan! Kau bisa mencariku di
kastil! Ahahaha! Huwaa… S-Sudah kukatakan… Huwaa…."
Woah?
Ah, begitu rupanya.
Ternyata dia jenis orang yang seperti ini? Mungkin kalimat terakhir yang
diucapkannya barusan dengan suara kecil merupakan perasaan sesungguhnya milik
sang Raja Iblis?
Entah mengapa, aku
mulai berpikir bahwa dia ini benar-benar orang yang menarik sekaligus lumayan
manis. Pada akhirnya, aku pun ikut tertawa bersamanya sebelum kemudian
menjawab, "Dengan senang hati!"
Tidak kudengar
balasan apapun dari dalam. Pintu tertutup, agak bergetar. Sepertinya dia merasa
tersentuh dengan jawabanku. Uh, menggemaskan
sekali.
"Tadi itu
benar-benar menyenangkan. Sampai jumpa lagi, Maou-san."
Rambut putih
keperakan yang mampu membuat iri siapapun, sekaligus figur indahnya yang
berbalut pakaian hitam kaku itu.
Raja Iblis di
Diagonal, kamar terjauh dari kamarku.
Untunglah penghuni
lain di apartemen ini benar-benar berbudi baik. Sembari menyilangkan kedua
tangan di depan dada, aku mengangkat kaki dan berjalan kembali menuju kamarku
dengan perasaan riang. Mulai sekarang, hidupku sepertinya akan sangat
menyenangkan.
Ket:
- Aku yang digunakan oleh Maou-san: oresama